Hari Sumpah Pemuda baru saja kita peringati. Tidak saja mengingatkan kita akan pentingnya nasionalisme, namun juga menjadi kesempatan bagi bangsa ini untuk merenungkan betapa menderitanya bangsa ini. Penderitaan yang berkaitan dengan kemiskinan, korupsi, pelanggaran HAM, dan lain sebagainya. Dan salah satu faktor penyebabnya, adalah minimnya kehadiran pemimpin yang berjiwa pembaharu.
Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang berkarakter. Pemimpin yang adalah abdi rakyat. Pemimpin yang berkemauan baja, namun berhati kaca, cerdas dan bijaksana. Dalam istilah republik, Plato mengatakan bahwa seorang pemimpin yang berkarakter adalah orang yang menjalankan ketegaran dalam prinsip. Dia tidak mudah mengeluh, dan segala yang terbaik diberikan kepada bangsanya. Artinya diperlukan sikap yang benar-benar bijak, berani, tegas, konsisten dan menggunakan cara pandang kebangsaan.
Rakyat sudah lama mengalami penderitaan, mengharapkan kepemimpinan ke depan lebih berpihak kepada rakyat. Dia seorang negarawan. Bukan hanya sekedar politisi. Namun, mencari pemimpin negarawan, bukanlah sederhana. Butuh komitmen, waktu dan proses. Sebab, pemimpin dan kepemimpinan itu tidak dapat dibeli. Tidak pula diwariskan (sekalipun ada yang memiliki karakter bawaan).
Salah satu jalan untuk mencari pemimpin yang berkarakter adalah melalui reformasi jalur-jalur menuju tangga kepemimpinan itu sendiri. Hakikat reformasi kepemimpinan adalah bagaimana mewujudkan manusia-manusia pelayan rakyat. Karena inti dari sebuah keberadaan pemimpin adalah pelayanan. Sebagai pelayan, maka yang dibutuhkan adalah komitmen untuk berani mengambil resiko dan tak sibuk memikirkan citra pribadinya. Secara kultural, pemimpin yang berkarakter dapat dicapai melalui pembenahan sistem pendidikan. Pendidikan yang tentunya sarat dengan muatan-muatan pemberdayaan dan semangat transformasi. Maka tak ada salahnya merevisi ulang kurikulum pendidikan kita atau setidaknya merombak model pembelajaran di bangku sekolah, untuk lebih banyak mengadopsi prinsip kepemimpinan.
Pemimpin berkarakter, sangat dibutuhkan oleh bangsa ini, baik secara formal maupun informal. Era demokrasi dan keterbukaan seperti sekarang ini, adalah peluang sekaligus tantangan bagi setiap orang yang memiliki karakter dimaksud untuk tampil di garda terdepan dengan menjadi pemimpin. Dan diyakini, dukungan rakyat banyak akan kepemimpinan berkarakter tersebut, akan terus mengalir.
Mencari pemimpin berkarakter, tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, banyak tantangan. Apalagi ada kesan bahwa kompetisi menjadi pemimpin, baik ditingkat lokal dan nasional, tidak lagi berlangsung secara fair. Kemudian, ruang bagi pemunculan orang-orang muda untuk berdiri sebagai pemimpin harus dibuka lebar. Beruntunglah partai politik sedikit sadar. Kini, pintu bagi orang-orang muda untuk duduk di kursi pimpinan parpol sudah terbuka. Alhasil, kini beberapa tokoh muda kemudian mengisi kepemimpinan tubuh partai politik.
Akan tetapi, para tokoh muda yang sudah masuk ke ranah elit parpol, juga jangan mau terlena. Kesempatan ini, harus dimanfaatkan untuk setidaknya merombak sistem kaderisasi parpol tersebut. Disamping itu, proses pembentukan karakter pemimpin yang sesungguhnya dalam berbagai dimensi kehidupan harus benar-benar membumi. Sebab jika tidak, hal ini akan semakin mengaburkan proses mencari atau memperlengkapi para calon-calon pemimpin bangsa.
Dalam setiap suksesi kepemimpinan baik di eksekutif maupun legislatif, sosok kehadiran pemimpin yang ideal, reformis, cerdas dan berwawasan luas, terus menjadi impian. Bangsa ini “haus” akan pemimpin yang benar-benar ingin mempertontonkan jati diri sebagai panutan. Pemimpin yang dengan jitu menunjukkan semangat ing ngarso sung tuladho, ing madya mangun karso, dan tut wuri hadayani dalam kesehariannya. Ciri pemimpin adalah kemampuan untuk mengatur, mengarahkan, mengorganisir orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Kiranya PILKADA WONOGIRI 2010 nanti akan berhasil melahirkan pemimpin yang sedemikian
Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang berkarakter. Pemimpin yang adalah abdi rakyat. Pemimpin yang berkemauan baja, namun berhati kaca, cerdas dan bijaksana. Dalam istilah republik, Plato mengatakan bahwa seorang pemimpin yang berkarakter adalah orang yang menjalankan ketegaran dalam prinsip. Dia tidak mudah mengeluh, dan segala yang terbaik diberikan kepada bangsanya. Artinya diperlukan sikap yang benar-benar bijak, berani, tegas, konsisten dan menggunakan cara pandang kebangsaan.
Rakyat sudah lama mengalami penderitaan, mengharapkan kepemimpinan ke depan lebih berpihak kepada rakyat. Dia seorang negarawan. Bukan hanya sekedar politisi. Namun, mencari pemimpin negarawan, bukanlah sederhana. Butuh komitmen, waktu dan proses. Sebab, pemimpin dan kepemimpinan itu tidak dapat dibeli. Tidak pula diwariskan (sekalipun ada yang memiliki karakter bawaan).
Salah satu jalan untuk mencari pemimpin yang berkarakter adalah melalui reformasi jalur-jalur menuju tangga kepemimpinan itu sendiri. Hakikat reformasi kepemimpinan adalah bagaimana mewujudkan manusia-manusia pelayan rakyat. Karena inti dari sebuah keberadaan pemimpin adalah pelayanan. Sebagai pelayan, maka yang dibutuhkan adalah komitmen untuk berani mengambil resiko dan tak sibuk memikirkan citra pribadinya. Secara kultural, pemimpin yang berkarakter dapat dicapai melalui pembenahan sistem pendidikan. Pendidikan yang tentunya sarat dengan muatan-muatan pemberdayaan dan semangat transformasi. Maka tak ada salahnya merevisi ulang kurikulum pendidikan kita atau setidaknya merombak model pembelajaran di bangku sekolah, untuk lebih banyak mengadopsi prinsip kepemimpinan.
Pemimpin berkarakter, sangat dibutuhkan oleh bangsa ini, baik secara formal maupun informal. Era demokrasi dan keterbukaan seperti sekarang ini, adalah peluang sekaligus tantangan bagi setiap orang yang memiliki karakter dimaksud untuk tampil di garda terdepan dengan menjadi pemimpin. Dan diyakini, dukungan rakyat banyak akan kepemimpinan berkarakter tersebut, akan terus mengalir.
Mencari pemimpin berkarakter, tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, banyak tantangan. Apalagi ada kesan bahwa kompetisi menjadi pemimpin, baik ditingkat lokal dan nasional, tidak lagi berlangsung secara fair. Kemudian, ruang bagi pemunculan orang-orang muda untuk berdiri sebagai pemimpin harus dibuka lebar. Beruntunglah partai politik sedikit sadar. Kini, pintu bagi orang-orang muda untuk duduk di kursi pimpinan parpol sudah terbuka. Alhasil, kini beberapa tokoh muda kemudian mengisi kepemimpinan tubuh partai politik.
Akan tetapi, para tokoh muda yang sudah masuk ke ranah elit parpol, juga jangan mau terlena. Kesempatan ini, harus dimanfaatkan untuk setidaknya merombak sistem kaderisasi parpol tersebut. Disamping itu, proses pembentukan karakter pemimpin yang sesungguhnya dalam berbagai dimensi kehidupan harus benar-benar membumi. Sebab jika tidak, hal ini akan semakin mengaburkan proses mencari atau memperlengkapi para calon-calon pemimpin bangsa.
Dalam setiap suksesi kepemimpinan baik di eksekutif maupun legislatif, sosok kehadiran pemimpin yang ideal, reformis, cerdas dan berwawasan luas, terus menjadi impian. Bangsa ini “haus” akan pemimpin yang benar-benar ingin mempertontonkan jati diri sebagai panutan. Pemimpin yang dengan jitu menunjukkan semangat ing ngarso sung tuladho, ing madya mangun karso, dan tut wuri hadayani dalam kesehariannya. Ciri pemimpin adalah kemampuan untuk mengatur, mengarahkan, mengorganisir orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Kiranya PILKADA WONOGIRI 2010 nanti akan berhasil melahirkan pemimpin yang sedemikian
InsyaAlloh saya meng"amin"i panjenengan untuk PEMILUKADA WONOGIRI 2010 ini.
BalasHapustetap tawaduk dan istiqomah pak.
InsyaAlloh menjadi berkah....
Pak Danar saya nitip tulisan :
BalasHapusSemoga yang satu ini bisa menjadi renungan bagi temen-temenku yang berjalan yang tak ku mengerti arah dan tujuannya "sebuah bait syair lagu Izis"
Dimana dicari pemuda Kahfi
Terasing demi kebenaran hakiki
Dimana jiwa pasukan Badar berani
Menoreh nama mulia perkasa abadi
Umat melolong di gelap kelam
Tiada pelita penyinar terang
Penunjuk jalan kini membungkam
Lalu kapankah fajar kan datang
Mengapa kau patahkan pedangmu
hingga musuh mampu membobol betengmu
Menjarah menindas dan menyiksa
Dan kita hanya diam sekedar terpana
Bangkitkan negri lahirkan generasi
Pemuda harapan tumbangkan kedzaliman
Wajah dunia Islam kini memburam
Cerahkan dengan darahmu
Panji Islam telah lama terkulai
Menanti bangkit kepalmu
Semoga yang di sana mengerti, kami yang sami'na wathokna....yang tak punya hak untuk mengangkat bendera yang hanya merasa berdesir ketika bendera mereka terangkat, saat ini gamang dan bingung.
dan melalui anda Pak Danar, bawa kami mengakhiri kegamangan dan kebingunan kami.