Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 29 November 2010

Bupati Danar: ‘Jamasan Pusaka’ tetap diadakan

Bupati Wonogiri H Danar Rahmanto menegaskan ‘Kirab dan Jamasan Pusaka’ maupun acara tradisi budaya lainnya akan tetap diadakan pada bulan Sura/Muharam ini. Namun, beberapa bagian ritual dalam acara itu yang dinilai berbau syirik diminta untuk dihilangkan.

Tak hanya itu, meski mengizinkan, Danar menegaskan Pemkab tetap tidak akan memfasilitasinya sebagai bagian dari agenda resmi, tidak akan memberikan dukungan penuh, baik dari sisi anggaran maupun keterlibatan personel seperti sebelumnya. Acara jamasan itu juga diminta agar dikemas ulang dengan menghilangkan hal-hal yang dinilai berbau syirik seperti membakar kemenyan, memakai wangi-wangian atau ritual tertentu.

“Tolong jangan salah mengartikan, Pemkab tidak pernah melarang digelarnya acara seperti ‘Jamasan Pusaka’, ‘Larung Agung’ dan sebagainya. Kalau memang masyarakat masih menginginkan itu sebagai tradisi ya silakan tetap digelar. Tapi Pemkab tidak akan terlibat secara penuh,” tegas Danar, saat ditemui wartawan di depan kantornya, Jumat (26/11).

Pemkab, kata Danar, akan tetap memberi bantuan dana dalam APBD, jadi satu dalam pos promosi pariwisata di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora). Sedangkan penggunaannya, apakah untuk ‘Jamasan Pusaka’, ‘Larung Agung’ dan sebagainya, pembagiannya akan diserahkan ke dinas terkait.

Diakui Danar, acara-acara seperti ‘Jamasan Pusaka’ dan ‘Larung Agung’, tetap perlu untuk melestarikan peninggalan budaya nenek moyang. Tapi ada beberapa hal dalam pengertian masyarakat mengenai acara itu yang perlu diluruskan.

“Saya tidak menentang acara jamasan itu, wong saya sendiri juga punya koleksi keris yang rajin saya jamasi. Tapi, pengertian jamasan pusaka itu perlu diluruskan. Masyarakat perlu diberi pengertian bahwa menjamasi itu berarti membersihkan dan merawat agar tidak mudah rusak. Bukan karena kalau tidak dijamasi nanti penunggunya marah, atau pusaka itu dijamasi agar lebih ampuh. Pengertian seperti itulah yang perlu diluruskan,” jelas Danar.

Sebagaimana diinformasikan, wacana penghapusan acara tradisi ‘Jamasan Pusaka’ dari agenda Pemkab Wonogiri telah memicu pro dan kontra. Pihak yang pro menganggap acara itu mengajarkan kesyirikan dan memboroskan anggaran. Sedangkan pihak yang kontra, menginginkan acara itu tetap diadakan karena dinilai sudah menjadi ikon dan daya tarik wisata.

Senin, 20 September 2010

Tidak ada protes hasil penghitungan suara Pilkada Wonogiri

Wonogiri (Espos)–Rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) Wonogiri telah disampaikan kepada pihak-pihak terkait dalam rapat pleno yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Gedung Giri Wahana Kompleks GOR Wonogiri, Senin (20/9). Tidak ada protes atau keberatan atas hasil tersebut.

Pengamatan Espos, rapat pleno itu dihadiri seluruh anggota KPU, saksi dari masing-masing pasangan calon, desk Pilkada Pemkab Wonogiri, Panitia Pengawas (Panwas) Pilkada dan Muspida. Tampak pula calon wakil bupati (Cawabup), Yuli Handoko. Namun, Yuli, yang bersama pasangannya Cabup Danar Rahmanto hampir pasti akan menjadi pasangan calon terpilih itu hanya mengikuti acara di barisan belakang.

Dalam acara tersebut, KPU menyampaikan hasil rekapitulasi yang telah dilakukan oleh 25 panitia pemilihan kecamatan (PPK) pada Jumat (17/9) hingga Sabtu (18/9), di mana pasangan Cabup-Cawabup, Danar Rahmanto-Yuli Handoko berhasil mendulang 236.645 suara atau 40,36% dari total suara sah 586.288 suara. Disusul pasangan H Sumaryoto-H Begug Poernomosidi yang meraih 165.059 suara atau 28,15%, pasangan H Sutadi-Hj Paryanti dengan perolehan 113.407 suara atau 19,34%, dan terakhir pasangan H Mulyadi-Edy Purwanto yang meraih 71.177 suara atau 12,14%.

Jumlah pemilih yang menggunakan haknya sebanyak 600.065 orang atau sekitar 65,57% dari total jumlah pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 915.178 pemilih. Para saksi dari empat pasangan calon bisa menerima hasil tersebut dan tidak ada yang mengajukan keberatan.

Pada akhir acara mereka menandatangani berita acara rangkap tujuh yang dilampiri tiga berkas, meliputi sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara pasangan calon, rincian perolehan suara pasangan calon dan pernyataan keberatan saksi dan kejadian khusus yang berhubungan dengan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara.

Sementara itu, Ketua KPU, Joko Purnomo mengatakan senang karena semua pihak bisa menerima hasil rekapitulasi itu. Dia mengakui dibandingkan Pilkada 2005 lalu, tingkat partisipasi masyarakat dalam Pilkada memang turun.


Golkar siap dukung pemerintahan Danar-Yuli

19 September 2010

Wonogiri (Espos) Kendati calonnya kalah dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada), Partai Golkar (PG) Wonogiri merasa legawa. Partai Golkar pun menyatakan mendukung pemerintahan baru pimpinan duet Danar Rahmanto-Yuli Handoko lima tahun mendatang.

Penegasan itu disampaikan Ketua DPD PG Wonogiri, Edy Santoso saat bersilaturahmi ke rumah Danar di Kenteng RT 3/RW III, Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Sabtu (18/9). Edy didampingi wakil sekretaris bidang humas, H Djoko Santoso dan disusul bendahara DPD PG Suhardono saat itu menyampaikan ucapan selamat atas terpilihnya Danar-Yuli.

Menurut Edy, Cawabup Yuli merupakan fungsionaris DPD PG Wonogiri. “Visi misi Cabup Danar-Yuli sama dengan visi misi PG, yakni mengusung perubahan. Jadi terpilihnya Danar-Yuli kami harapkan mampu mewujudkan pemerintahan yang lebih baik di Wonogiri. Golkar siap berkoalisi dan mendukung pemerintahan baru Wonogiri,” ujar Edy.

Mantan Wakil Ketua Komisi A DPRD itu menyatakan koalisi akan dibangun baik di pemerintahan maupun legislatif. “Reformasi birokrasi mutlak dilakukan, supaya tatanan birokrasi kembali pada koridor birokrasi. Kami (PG) sangat tertarik dengan pemerintahan baru Wonogiri ini dan mendukung.”

Menanggapi keinginan itu, Danar didampingi tim suksesnya menyambut positif dan berterima kasih pada Ketua DPD PG Wonogiri. “Grand strategi perubahan segera kami susun seusai penetapan KPU. Koalisi tidak berarti terjadi pengkaplingan pemerintahan ataupun segmentasi pemerintahan. Semua kepentingan terakomodasi dan penempatan birokrat didasarkan pada profesionalisme dan akungtabilitas lahir dan batin.

Danar-Yuli unggul dalam Pilkada Wonogiri

Rabu, 03 Februari 2010

sedikit harapan untuk seorang pemimpin!

mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya menulis disini
saya akan sedikit menulis keinginan saya sebagai warga wonogiri yg menurut saya mempunyai kelemahan kelemahan sbg berikut:

1.pelayanan pemerintahan terhadap publik yg masih buruk bahkan dimulai dari tingkat terkecil
2.premanisme yg tak pernah bisa hilang dari wonogiri yg menyebabkan kondisi keamanan wonogiri menjadi buruk
3. banyak sekali ikon pariwisata dibiarkan terbengkalai tidak terurus
4. penyelenggaraan pemerintahan yg kurang maksimal mengurus rakyat

dan mungkin masih banyak lagi ketidak puasan masyarakat WONGOGIRI terhadap kinerja pemerintahan yg menurut saya hanya berjalan seperti itu itu terus dari dulu..
walaupun saya tahu tahun 2009 wonogiri menjadi kandidat penerima citra bakti abdi negara.

dan mohon maaf karena tulisan ini hanya berdasar sudut pandang saya sendiri tapi itulah yg saya dapati diWONOGIRI

semoga Bpk DANAR selaku tokoh public wonogiri bisa meningkatkan kinerjanya jika nanti mendapat amanah untuk memimpin kota wonogiri,bisa menjadikan wonogiri lebih baik dari yg sekarang
dan semoga bisa menjadi pemimpin yg benar2 mengerti akan keinginan rakyat dan kota yg dipimpinya..

terimakasih.
Kiriman dari: Lemonation

Ciri-ciri Pemimpin Sejati

PADA satu hari, Abu Dzar al-Ghifari meminta Rasulullah SAW melantik dirinya menjadi pegawai, tetapi Rasulullah menolaknya.

Sambil menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu, Baginda bersabda: ”Tidak, Abu Dzar, engkau orang lemah. Ketahuilah, jawatan itu amanah. Ia kelak di hari kiamat merupakan kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkannya dengan betul dan melaksanakan tugas serta kewajipannya dengan betul pula.”

Imam Nawawi menyebut hadis di atas merupakan pedoman dasar dalam berpolitik. Politik mampu menjadi sumber petaka bagi orang yang tidak bertanggungjawab.

Namun kata Nawawi, politik juga boleh menjadi ladang pengabdian dan amal soleh yang subur bagi orang yang mampu dan bertanggungjawab. Politik (kekuasaan) bukan sesuatu yang buruk. Ia ibarat pisau bermata dua; ada baik dan buruknya.

Ia menjadi baik dengan tiga syarat - seperti dalam hadis di atas - iaitu berada di tangan orang yang berkemampuan, diperolehi dengan cara yang betul dan dipergunakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Malangnya, dalam percaturan politik kini, orang kerap hanya bercakap satu perkara, iaitu bagaimana merebut kekuasaan. Bukan bagaimana mempergunakan kekuasaan itu serta melaksanakan tanggungjawab kepada rakyat dan lebih daripada itu kepada Allah SWT.

Sesiapa pun tidak dapat menafikan bahawa kuasa sememangnya sesuatu yang menggiurkan kerana dengan kuasa, individu berkenaan membayangkan dia boleh mencapai apa juga impiannya. Menurut Imam Ghazali, dibandingkan dengan harta, kuasa jauh lebih menggoda.

Ia berasaskan kepada tiga alasan iaitu, pertama, kuasa mampu menjadi alat untuk memperbanyakkan harta. Dengan kuasa, seseorang boleh mengayakan dirinya.

Keduanya, pengaruh kekuasaan lebih kuat dan lebih lama. Harta, kata Imam Ghazali, boleh hilang kerana dicuri atau berkurangan.

Namun itu tidak berlaku kepada kekuasaan kerana ia bererti pengaruh seseorang pemimpin di kalangan pengikut dan penyokongnya. Ketiga, kekuasaan menimbulkan kesan populariti yang sangat luas.

Bagaimanapun apa yang harus difahami menjadi pemimpin tidak hanya menerima amanah rakyat, tetapi juga menerima amanah Allah. Pemimpin adalah ‘hamba’ kepada rakyat. Pemimpin yang mengkhianati dan menodai hak rakyatnya, bererti menggugat dan mengabaikan amanah Allah.

Hakikatnya, menjadi pemimpin bukan mencari kekayaan, tetapi pengabdian. Menjadi pemimpin bererti melaksanakan ibadah yang paling berat untuk melunaskan amanah rakyat dan Allah.

Seorang pemimpin yang baik sentiasa membersihkan batinnya kerana dia sedar niat yang tidak baik boleh menjadikan kekuasaan yang dimiliki sebagai sesuatu yang boleh dijual beli.

Akibatnya, dia mungkin akan tergoda untuk menipu dan membohongi rakyat. Rasulullah bersabda: ”Tiada seorang hamba yang diberi amanah Allah untuk memimpin rakyat kemudian menipu mereka, melainkan Allah mengharamkan syurga baginya.”

Apabila masyarakat lebih mementingkan kebendaan sehingga segalanya harus dibayar dan kemuliaan seseorang hanya diukur oleh berapa banyak harta yang dimilikinya, maka godaan yang paling besar bagi para pemimpin, birokrat dan mereka yang berada dalam lingkaran kekuasaan ialah harta.

Para pemimpin atau wakil rakyat yang lemah imannya, nescaya akan mudah terperangkap dalam penjara hawa nafsu yang dibungkus dengan kata-kata indah, iaitu korupsi, kolusi dan nepotisme.

Oleh itu seorang pemimpin tidak harus terpengaruh dengan kekuasaan yang dimiliki, sebaliknya berusaha menjadi pemimpin yang dihormati dan melaksanakan amanah dengan sebaik-baik.

Dalam soal ini apa yang dilakukan ialah Khalifah Umar Al Khattab seperti mana yang dipaparkan dalam cerita berikut boleh dijadikan teladan.

Satu hari, selepas selesai mengimamkan solat Asar, Khalifah Umar bertanyakan mengenai seorang sahabatnya yang tidak datang.

Dia diberitahu bahawa sahabat tersebut sedang sakit. Umar segera meluangkan masa menziarah sahabatnya itu.

Sampai di rumah sahabat yang sakit tersebut, Umar mengetuk pintu memberi salam. Dari dalam sahabat berkenaan menjawab salam dan bertanya: ”Siapa di luar?” Umar menjawab: “Umar bin Khattab.” Mendengar yang datang adalah Amirul Mukminin, sahabat tersebut terus bangun dan segera membuka pintu.

Melihat keadaan sahabatnya itu, Umar bertanya: ”Kenapa engkau tidak bersolat berjemaah bersama kami? Sedangkan Allah telah memanggilmu dari langit yang ketujuh, tetapi engkau tidak menyambutnya! Sedangkan panggilan Umar bin Khattab membuatkan kau gelisah dan ketakutan?”

Hikmah di sebalik peristiwa ini ialah, pertama, seorang pemimpin yang baik bukan semata-mata berasa cukup dengan kesolehan dan ketakwaan dirinya, tetapi dia juga berasa bertanggungjawab untuk mengajak mereka di bawah tanggung jawabnya untuk menjadi soleh.

Kedua, pemimpin yang soleh tidak akan pernah berasa bangga dengan penghormatan yang diberikan oleh orang bawahannya. Dia tidak mahu mereka hanya mengikut apa sahaja katanya biar pun apa yang dilakukan adalah salah.

Jika itu berlaku maka terjadilah apa yang disumpahkan Allah dalam surat Al-Ashr bahawa mereka semua akan berada dalam kerugian. Itulah sebabnya ketika seorang sahabat melarang sahabat lainnya kerana terlalu sering menegur Khalifah Umar dengan ucapannya: ”Takutlah kepada Allah, hai Umar”. Ternyata teguran itu justeru disokong Umar sendiri. Umar berkata: ”Biarkan dia mengatakannya. Kalau orang-orang ini tidak menegurku sedemikian, maka mereka menjadi tidak berguna dan jika aku tidak mendengarkannya, maka aku bersalah.”

Oleh itu kepada mereka yang bergelar pemimpin dan keluarga mereka sedarilah tanggungjawab yang ada di bahu mereka. Janganlah ingat apabila kita berkuasa dan berpengaruh kita boleh melakukan apa sahaja.

Janganlah memperdayakan rakyat dengan mainan politik kita kerana akhirnya kebenaran pasti akan mengatasi kebatilan. Mungkin demi kepentingan politik dan berebut kekuasaan, kita rela melakukan apa sahaja tetapi percayalah hasrat untuk berkuasa dengan menggunakan kepalsuan sebagai senjata tidak akan bertahan lama.

Akhirnya, pemimpin seumpama itu pasti akan kecundang, kesudahannya dia bukan sahaja akan mengalami kerugian di dunia tetapi juga akhirat.

Begitulah juga dengan keluarga mereka, janganlah kerana ada ahli keluarga kita pemimpin yang berkuasa, kita berasaskan boleh melakukan apa sahaja.

Ingatlah seseorang pemimpin itu berada di tampuk kekuasaan berikutan sokongan rakyat dan sokongan tersebut diberikan demi kesejahteraan mereka bukan untuk diri pemimpin atau keluarga pemimpin berkenaan.

Rasulullah SAW bersabda: ”Sebaik-baik pemimpin kamu adalah mereka yang kamu cintai dan mereka mencintai kamu dan kamu mendoakan mereka dan mereka mendoakan kamu. Dan, seburuk-buruknya pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu, dan kamu melaknat mereka dan mereka pun melaknat kamu.”

MENCARI PEMIMPIN SEJATI

Hari Sumpah Pemuda baru saja kita peringati. Tidak saja mengingatkan kita akan pentingnya nasionalisme, namun juga menjadi kesempatan bagi bangsa ini untuk merenungkan betapa menderitanya bangsa ini. Penderitaan yang berkaitan dengan kemiskinan, korupsi, pelanggaran HAM, dan lain sebagainya. Dan salah satu faktor penyebabnya, adalah minimnya kehadiran pemimpin yang berjiwa pembaharu.
Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang berkarakter. Pemimpin yang adalah abdi rakyat. Pemimpin yang berkemauan baja, namun berhati kaca, cerdas dan bijaksana. Dalam istilah republik, Plato mengatakan bahwa seorang pemimpin yang berkarakter adalah orang yang menjalankan ketegaran dalam prinsip. Dia tidak mudah mengeluh, dan segala yang terbaik diberikan kepada bangsanya. Artinya diperlukan sikap yang benar-benar bijak, berani, tegas, konsisten dan menggunakan cara pandang kebangsaan.
Rakyat sudah lama mengalami penderitaan, mengharapkan kepemimpinan ke depan lebih berpihak kepada rakyat. Dia seorang negarawan. Bukan hanya sekedar politisi. Namun, mencari pemimpin negarawan, bukanlah sederhana. Butuh komitmen, waktu dan proses. Sebab, pemimpin dan kepemimpinan itu tidak dapat dibeli. Tidak pula diwariskan (sekalipun ada yang memiliki karakter bawaan).
Salah satu jalan untuk mencari pemimpin yang berkarakter adalah melalui reformasi jalur-jalur menuju tangga kepemimpinan itu sendiri. Hakikat reformasi kepemimpinan adalah bagaimana mewujudkan manusia-manusia pelayan rakyat. Karena inti dari sebuah keberadaan pemimpin adalah pelayanan. Sebagai pelayan, maka yang dibutuhkan adalah komitmen untuk berani mengambil resiko dan tak sibuk memikirkan citra pribadinya. Secara kultural, pemimpin yang berkarakter dapat dicapai melalui pembenahan sistem pendidikan. Pendidikan yang tentunya sarat dengan muatan-muatan pemberdayaan dan semangat transformasi. Maka tak ada salahnya merevisi ulang kurikulum pendidikan kita atau setidaknya merombak model pembelajaran di bangku sekolah, untuk lebih banyak mengadopsi prinsip kepemimpinan.
Pemimpin berkarakter, sangat dibutuhkan oleh bangsa ini, baik secara formal maupun informal. Era demokrasi dan keterbukaan seperti sekarang ini, adalah peluang sekaligus tantangan bagi setiap orang yang memiliki karakter dimaksud untuk tampil di garda terdepan dengan menjadi pemimpin. Dan diyakini, dukungan rakyat banyak akan kepemimpinan berkarakter tersebut, akan terus mengalir.
Mencari pemimpin berkarakter, tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, banyak tantangan. Apalagi ada kesan bahwa kompetisi menjadi pemimpin, baik ditingkat lokal dan nasional, tidak lagi berlangsung secara fair. Kemudian, ruang bagi pemunculan orang-orang muda untuk berdiri sebagai pemimpin harus dibuka lebar. Beruntunglah partai politik sedikit sadar. Kini, pintu bagi orang-orang muda untuk duduk di kursi pimpinan parpol sudah terbuka. Alhasil, kini beberapa tokoh muda kemudian mengisi kepemimpinan tubuh partai politik.
Akan tetapi, para tokoh muda yang sudah masuk ke ranah elit parpol, juga jangan mau terlena. Kesempatan ini, harus dimanfaatkan untuk setidaknya merombak sistem kaderisasi parpol tersebut. Disamping itu, proses pembentukan karakter pemimpin yang sesungguhnya dalam berbagai dimensi kehidupan harus benar-benar membumi. Sebab jika tidak, hal ini akan semakin mengaburkan proses mencari atau memperlengkapi para calon-calon pemimpin bangsa.
Dalam setiap suksesi kepemimpinan baik di eksekutif maupun legislatif, sosok kehadiran pemimpin yang ideal, reformis, cerdas dan berwawasan luas, terus menjadi impian. Bangsa ini “haus” akan pemimpin yang benar-benar ingin mempertontonkan jati diri sebagai panutan. Pemimpin yang dengan jitu menunjukkan semangat ing ngarso sung tuladho, ing madya mangun karso, dan tut wuri hadayani dalam kesehariannya. Ciri pemimpin adalah kemampuan untuk mengatur, mengarahkan, mengorganisir orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Kiranya PILKADA WONOGIRI 2010 nanti akan berhasil melahirkan pemimpin yang sedemikian